Senin, 31 Maret 2014

MERUNDUK


Mata Kucing serupa Akik.
Kadang matanya juga serupa kembang kamboja yang menggerimisi tanah.
Telah menjadi segumpal kedamaian sejenak, bertaburan sepi serupa kuburan.
Namun tampak damai dan bahagia.
Mengais hidup yang buaya. Akik masih diam. Menggenang di atas tepian air Telaga,
Teduh bermata Biru . Dikelilingi gunung bonsai berdiam pohon kelapa yang miring.
Tiada wajah yang menguning kepada keluarga yang hening.
Berkecukupan adalah sebatas syukur yang tiada keluh kesah bagi mereka.
Berdiam hati, meski cemooh mengalirkan ludah hingga ke tanah menusuk telinga,
Hati merunduk masihlah teduh bagi mereka.

U Z L A H - H A T I .




Semua yang terjalani adalah sebuah peran,

Ada peran yang membuat kita letih,
Ada peran mengejar topeng-topeng kebahagiaan,
Ada peran menerobos relung keindahan,
Ada peran yang membuat kita terlena,
Ada peran membuat kita lupa akan diri,
Ada peran lupa akan Alloh SWT,
Ada peran lupa akan segalanya,

Tiap derai keringat adalah harapan,
Tiap uraian pikiran adalah rencana,
Terjerat hingga lelah, tertawan hingga lunglai,
tak lagi memperdulikan keindahan taman hati,

Bagaimana kita bisa bersyukur bila yg ada tak jua dpt ternikmati,
Bagaimana kita tau nikmatnya kenyang jika tdk prnh rasakan lapar,
Bagaimana kita tau nikmatnya senang jika kita tdk pernah susah,
Bagaimana kita tau nikmatnya cinta jika tdk pernah merasakan rindu,

Semua yg terjalani adlh pelajaran buat di tela'ah,
buat di ambil inti sari, hingga kita benar2 mengenal akan diri kita
Diri yang hanya menghambakan kepada Alloh SWT.
Karena semua yang ada adalah milikNYA,
Kita hny menunggu dan menanti Ridho ILLAHI atas berkah napas yg diberi.